Kamis, 08 Mei 2025

Derita bidak bidak cinta

Duri di dalam luka, derita bidak bidak cinta.
Suara itu bergema dalam dinding pesanggrahan, entah dari mana asalnya. Kata-kata yang tak diucapkan oleh mulut, tapi mengalun dalam hati, lirih seperti nyanyian yang datang dari jauh… dari masa lalu yang belum benar-benar usai.

Mengalun lirih terbawa gelombang asmara,
Suasana berubah—lampu keramat di pesanggrahan mulai meredup, tapi ada cahaya lembut yang menyusup lewat celah-celah dinding, seperti sulur perasaan yang mencoba menembus batas-batas gelap jiwa mereka.

Ia menatap pasangannya. Ada cahaya samar di sudut matanya—bukan air mata, tapi semacam pantulan harapan.
Menghampiri jiwa yang gelap tanpa cahaya.

Dalam hening itu, asmara tak hanya menyentuh kulit. Ia melambaikan cahaya dari dalam…
Asmara melambaikan kilau cahaya,
seperti lentera kecil di tengah lautan badai.

Langit mulai berganti warna.
Cakrawala senja tersenyum menyapa,
seolah alam pun ikut menyaksikan proses penyembuhan yang tak kasat mata.

Dan angin ah, angin itu…
Desir angin semilir membawa gelombang nafas yang saling menjawab,
saling mengisi ruang di antara mereka, bukan lagi dengan kata-kata, tapi dengan getaran jiwa yang saling mengerti.

Di balik pintu pesanggrahan, kini bukan hanya dua tubuh yang duduk bersisian.
Ada dua jiwa yang telah melewati badai, berdiri di ujung luka, dan menatap kembali cahaya yang sempat padam.

Dan malam pun belum benar-benar selesai…

Label:

🌼