Malam merambat merangkul sunyi
aku lebur dalam hangatnya bayang rembulan,
Menghanyutkan angan yang lapang
pada angin masa silam.
Ada tangis tersekat di sela tulang,
mendesak di antara rusuk yang telah tumbuh,
bersama carut-marut dunia yang terus berderama.
Semua terasa getir
syair-syairku mengalir, menguras hati
yang tak lagi kuasa menahan
mengurai janji-janji yang mengeras.
Kini tawa kecil itu bagai denda,
tak pernah sanggup kulunaskan.
Ia memenuhi lorong-lorong hampa,
sementara gelap malam menjadi saksi bisu.
Biarkan kenangan larut dalam angin,
agar setiap nafasku masih bisa merasakan.
Langit yang tak pernah sudi menggenggam,
kini tersedu oleh kelam yang lembut.
Bintang-bintang tak lagi memaksakan terang
Mereka diam, mendengar rintih yang tersumbat.
Seperti aku tak mau lupa,
tapi juga tak kuasa menggenggam.